KASUS PERTAMA KANKER OVARIUM STADIUM 4 DENGAN ECCT MELEWATI 11 TAHUN TERBEBAS DARI KANKER TANPA KEMO
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan, kanker nomor ketiga paling banyak yang dialami wanita, dengan tingkat ketahanan hidup yang rendah, 60% penderita kanker ini tak bisa bertahan lebih dari 5 tahun. Untuk stadium lanjut yang sudah menyebar ke tulang seperti yang dialami oleh Bu Ida tingkat ketahanan hidup lebih rendah lagi. Tetapi Bu Ida berhasil melewati kanker yang mematikan ini, mencapai lebih dari 11 tahun dalam kondisi normal, terbebas dari kanker.

Bu Ida awalnya mengeluhkan perut yang membesar, seperti orang hamil 5 bulan. Hasil USG menunjukkan adanya massa komplek memenuhi rongga perut bagian bawah. Dokternya mengatakan sulit dioperasi karena lengket ke usus dan organ vital lainnya di seluruh rongga pelvis. Hasil tumor marker untuk kanker rahim (ca 125) mencapai 1107. Kemungkinan ganas. Kejadian itu terjadi pada akhir Agustus 2012.
Kalau pun dioperasi kemungkinan tak bisa diangkat semuanya. Harus dilanjutkan dengan kemo. Itu pun hampir dipastikan akan tumbuh lagi karena operasi tak bisa bersih.
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan, kanker nomor ketiga paling banyak yang dialami wanita. Tingkat ketahanan hidup 5 tahun kanker ini hanya sekitar 40%, artinya 60% penderita kanker ini tak bisa bertahan lebih dari 5 tahun. Untuk stadium lanjut seperti yang dialami oleh Bu Ida tingkat ketahanan hidup lebih rendah lagi.
Tingkat jematikan kanker ini disebabkan oleh faktor kekambuhan yang tinggi dan efek penyebaran ke organ lain. Ketika kanker telah menyebar ke organ lain, pengobatan seperti kemo dan yang lainnya sudah tidak efektif lagi.
Mengetahui alternatif dengan operasi sulit, Bu Ida bersama suaminya kemudian mengkonsultasikan kasusnya ke Dr. Warsito di tempat risetnya di daerah Modernland, Tangerang. Saat itu berita terkait penemuan ECCT sedang marak-maraknya di media. Pemberitaan di media menerangkan bahwa teknologi ECCT bisa mengatasi kanker tanpa operasi tanpa kemo.
Warsito menyampaikan tipe kankernya tak seperti kanker payudara atau otak yang bisa terbuang tanpa operasi, tipenya kista campur padat dan terselubung selaput. "Tak bisa terbuang, akan tetap perlu operasi, "jelasnya di awal September 2012.
"Dokter bilang tak bisa dioperasi, karena pelengketan ke usus dan jaringan lain," kata Bu Ida.
"Kita bisa buatkan alat ECCT untuk dipakai selama 3-4 bulan, alat akan membantu melepaskan pelengketan sehingga bisa dioperasi, setelah itu lakukan operasi dengan dokter," jelas Pak Warsito.
"Jangan panik kalau perut membesar cepat, ditambah tumor marker naik drastis," tambahnya.
"Perut akan membesar cepat dalam 1-2 bulan, karena efek sel-sel ganas padat yang hancur berubah menjadi cair setelah pakai alat, tetapi sel-sel mati tak bisa terbuang karena terselubung selaput, sehingga akan direspon oleh sistem imun tubuh dengan memproduksi cairan imun untuk menyerang sel-sel mati, akibatnya cairan akan menumpuk di dalam selaput dan tumor akan "menggelembung,"" jelas Dr. Warsito.
"Tumor marker juga akan meningkat drastis, karena sel-sel ganas yang hancur sebagian akan keluar lewat selaput dan terbuang ke pembuluh darah, terdeteksi oleh test marker yang meningkat drastis," tandas Dr. Warsito.
"Apakah sebelumnya pernah terjadi?" tanya Bu Ida ragu.
"Belum, Ibu adalah orang yang pertama untuk kasus ini, " kata Pak Warsito enteng.
"Tapi mungkin Ibu tak punya pilihan lain, karena jalan satu-satunya secara medis dengan dioperasi, sedangkan kasus ibu tak bisa dioperasi karena lengket," tegasnya.
"Sebelumnya memang belum pernah ada kasus ovarium seperti ibu, tapi pernah ada kasus kista di payudara. Fenomenanya akan sama, karena secara fisika sama, " jelas Dr. Warsito di ruangan lt 2 di ruko tempat risetnya di daerah Modernland, Tangerang.
"Baiklah kalau begitu, saya akan coba," kata Bu Ida akhirnya, diiyaakan oleh suaminya Pak Husein.
Bu Ida dibuatkan alat ECCT berupa celana, disambungkan dengan oscillator (pembangkit gelombang listrik) kecil bertenaga batere AA 2 buah. Alat disuruh pakai selama 16-20 jam sehari, hampir non-stop.
Reaksi yang ia rasakan saat pakai alat adalah nyeri di bagian perut bawah tetapi masih bisa ditahan. Beberapa jam setelah pakai alat muncul buang gas terus-menerus dengan intensitas yang sangat tinggi. Beberapa hari kemudian muncul cairan berlendir seperti keputihan terus-menerus. Reaksi keringat banyak keluar, tetapi pembuangan seperti buang air besar berwarna gelap atau hitam dan urin yang sangat bau relatif tak ada.
Setelah 2 bulan pemakaian alat perutnya membesar manjadi hampir 2X lipat. Tetapi relatif tak sekeras di awal, dan rasa sakit di perut bawah sudah jauh berkurang. Hal yang terjadi adalah seperti yang telah dijelaskan Dr. Warsito di awal, tetapi tetap saja dia panik, karena nampak seperti sedang hamil tua.
Yang lebih membuatnya panik lagi adalah hasil test lab tumor marker naik lebih dari 4X lipat dari 1107 sebelum pakai alat menjadi 4792 setelah pakai alat 2 bulan. Dari hasil USG memang banyak bagian-bagian tumor yang tadinya padat berubah menjadi compang-camping terisi cairan, nampak massa lebih banyak mengalami nekrosis.
"Teruskan pakai alatnya," kata Dr. Warsito.
Bu Ida melanjutkan pemakaian alat lagi selama sebulan, dan kemudian melakukan MRI sebelum rencana operasi.
Hasil MRI massa besar mencapai ukuran lebih dari 21X20X16 cm, bentuknya relatif pipih, dominan komponen cairan dibanding massa awal yang hampir sebagian besar massa padat dengan sedikit komponen cair. Permasalahannya adalah ada indikasi penyebaran ke tulang belakang. Ia dinyatakan stadium 4.
"Saya kira hasilnya cukup baik. Kemungkinan sudah bisa operasi. Ibu bisa konsul dengan dokter bedahnya untuk operasi," kata Pak Warsito.
"Bagaimana dengan penyebaran di tulang?" tanya Bu Ida khawatir.
"Segera pakai alat lagi begitu selesai operasi," jawab Pak Warsito.
Bu Ida menurut saja. Kemudian ia konsul ke dokter bedahnya. Setelah melihat hasil MRI dan memeriksa perut Bu Ida dokter bedahnya memberikan jadwal operasi di awal tahun 2013, tanggal 2 Januari.
Operasi berjalan lancar, tak ada pelengketan, semua massa bisa diambil tuntas, ada 5 kantung besar dan kecil yang diangkat, total seberat 5 kg. Karena operasi bisa dilakukan dengan bersih, dokternya tak menyarankan Bu Ida melakukan kemo. Dokternya mengatakan stadium nol, dari awalnya 4 dari hasil MRI.
Gambar: Kanan: Hasil MRI bagian perut bawah setelah pemakain 3 bulan sebelum operasi, dinyatakan ada penyebaran ke tulang belakang; Kiri: Hasil operasi massa ovarium yang bisa diangkat bersih setelah pemakaian alat 3 bulan.
Bu Ida meneruskan pakai alat ECCT untuk membersihkan kemungkinan adanya sel-sel yang masih sisa serta kemungkinan adanya penyebaran di tulang.
Setelah operasi semuanya relatif kembali normal bagi Bu Ida. Iya kembali kerja dan aktifitas biasa. Ia dinyatakan remisi kurang dari 6 bulan sejak pertama didiagnosa kanker ovarium, dengan terapi kombinasi pakai alat ECCT (3-4 bulan), dilanjutkan operasi, dan pakai alat lagi untuk preventif.
Bu Ida masih terus melanjutkan pakai alat hingga 5 tahun untuk preventif. Hasil CT scan setelah 5 tahun di tahun 2017 menunjukkan hasil yang tetap bersih, tak ada kekambuhan, tak ada penyebaran.
"Yang penting kontrol rutin ke rumah sakit dan konsultasi serta check alat rutin, karena alat dipakai sangat intensif, sangat mungkin terjadi kerusakan, dengan kontrol rutin kalau terjadi kerusakan segera bisa diketahui dan diperbaiki. Saya waktu itu sempat dua kali ganti alat bikin baru karena rusak mungkin karena selama pakai alat itu banyak keringet keluar yg bikin rusak alat. Saya sangat rajin cek alat tiap bulan saat selama memakai alat," kata Bu Ida.
Awal 2024 Bu Ida mencapai genap 11 tahun sejak dinyatakan remisi, ia datang lagi ke Dr. Warsito dengan keluhan sama: "Perut saya besar."
"Bu, mohon ma'af, ini sebabnya lain, bukan karena kanker tapi karena lemak, mungkin kebanyakan makan gorengan," jawab Pak Warsito.
"OK, kita buatkan alat lain untuk meluruhkan lemak perut, tetapi tetap tak akan "ngefek" Kalau gorengannya tak dikurangi, terutama malam," lanjut Pak Warsito.
Bu Ida melanjutkan perjuangannya untuk mengecilkan perut dengan medan listrik juga, kali ini menggunakan alat berbentuk corset yang dipakai di perut sambil beraktifitas, bisa juga sambil tidur.
Semoga tetap sehat dan aktif buat Bu Ida.
(WS).
Comments
Post a Comment