USIA 10 TAHUN TERKENA KANKER DI PUSAT OTAK "MATA KETIGA" TAK BISA DIOPERASI, BISA BERSIH DENGAN ECCT MELEWATI 12 TAHUN
Didiagnosa kanker otak di kelenjar pineal dengan tipe high-grade pineal parenchimal tumor of intermediate differentiation (PPTID) pada usai 10 tahun Rafi hanya menjalani pemasangan VP shunt dan radiasi karena tindakan operasi tak memungkinkan mengingat massa yang sudah cukup besar dan sudah menekan batang otak dan talamus. Tipenya termasuk ganas, mudah mengalami kekambuhan dan penyebaran ke jaringan sekitarnya, karena orangtuanya mencari alternatif dengan ECCT bersamaan dengan radiasi. Responnya cukup cepat. Sebulan pemakaian ia sudah bisa beraktivitas mendekati normal. 6 bulan pemakaian massa tumornya yang awalnya sebesar 3 cm sudah hampir hilang. Kondisinya kembali normal, tumbuh dan berkembang secara normal hingga bisa kuliah, melewati 12 tahun sejak pertama kali didiagnosa tumor.
Gambar: Paling kanan: Hasil MRI otak Rafi (10) yang menunjukkan massa tumor di posisi pineal, mendesak batang otak dan talamus; Tengah: Hasil MRI setelah 6 bulan pemakaian ECCT disertai radiasi; Paling kiri: Foto Rafi (22) terakhir (2025) setelah 12 tahun sejak pertama kali didiagnosa PPTID dengan jenis high-grade glioma.
***
Dalam usianya baru 10 tahun Rafi didiagnosa tumor otak di kelenjar
pineal, yaitu pusat otak yang berperan penting dalam memproduksi dan mengatur
hormon endokrin tubuh. Hasil biopsi menunjukkan ganas tipe high-grade pineal
parenchimal tumor of intermediate differentiation (PPTID). Kanker jaringan otak di pineal tipe high-grade
umumnya mempunyai jenis glioma, high grade glioma (HGG) seperti astrocytoma (WHO
grade 3) atau glioblastoma (grade 4). Hasil MRI menunjukkan massa tumor dengan
ukuran sekitar 3 cm tepat di pusat kelenjar pineal, membendung aliran cairan
otak ventrikal keempat hingga menyebabkan hidrosefalus. Kondisi Rafi saat itu
sedang dirawat di rumah sakit karena sakit kepala berat dan tidak bisa bangun.
Kelenjar pineal berfungsi utama untuk memproduksi hormon
melatonin yang berperan penting dalam mengatur siklus tidur dan bangun alami,
serta memengaruhi sistem reproduksi, terutama pada masa pubertas. Kelenjar ini juga
dikenal sebagai "mata ketiga" karena kemampuannya untuk mendeteksi
cahaya melalui sinyal yang diterimanya dari retina. Filosuf René Descartes bahkan
menyebut kelenjar pineal sebagai “principal seat of the soul,” atau "pusat
bersemayamnya nyawa". Ia berpendapat bahwa semua pikiran dan perasaan kita
berasal dari kelenjar ini karena letaknya yang unik di tengah otak dan
kemampuannya untuk bergerak, yang menurutnya memungkinkan interaksi dengan roh
yang mengendalikan fungsi tubuh.
Kanker kelenjar pineal dapat menimbulkan berbagai efek pada
tubuh, terutama karena lokasinya di otak yang dekat dengan struktur penting, antara
lain: sakit kepala yang seringkali memburuk di pagi hari atau saat bergerak
tiba-tiba, gangguan penglihatan karena tumor menekan saraf optik atau area otak
yang mengontrol penglihatan, menyebabkan penglihatan kabur, ganda, atau kehilangan
penglihatan sebagian dan gangguan gerakan mata, mual dan muntah, masalah
keseimbangan dan berjalan, kejang hingga hidrosefalus. Tumor ini juga bisa mempengaruhi
kognitif dan perilaku seperti perubahan suasana hati dan kecemasan akibat kekurangan
melatonin (hormon yang diproduksi kelenjar pineal) yang dapat mempengaruhi
suasana hati dan menyebabkan kecemasan, gangguan tidur dan insomnia.
Prognosis kanker kelenjar pineal jenis high-grade glioma
(seperti glioblastoma) umumnya kurang baik, karena tumor ini bersifat agresif
dan sulit diobati. Glioblastoma, sebagai contoh, adalah tumor derajat tinggi
yang sangat agresif dan memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan glioma
derajat rendah. Harapan hidup untuk kanker kelenjar pineal jenis high-grade
glioma, seperti glioblastoma, secara umum buruk, dengan angka harapan hidup
rata-rata yang relatif pendek setelah diagnosis. Glioblastoma (astrositoma grade
IV) sebagai jenis glioma yang paling umum dan agresif, dengan harapan hidup
rata-rata setelah diagnosis berkisar antara 14 hingga 16 bulan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi harapan hidup termasuk usia pasien, kondisi kesehatan secara
keseluruhan, tingkat keparahan tumor, lokasi tumor, dan bagaimana tumor
merespons pengobatan semuanya dapat mempengaruhi harapan hidup.
Terapi untuk glioma tingkat tinggi pada kelenjar pineal umumnya
melibatkan kombinasi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Radioterapi dan
kemoterapi digunakan untuk mematikan sisa sel kanker pasca operasi dan
menghambat pertumbuhan tumor. Pembedahan bertujuan mengangkat tumor sebanyak
mungkin, namun pembedahan sulit dilakukan untuk kasus Rafi karena lokasi tumor
berisiko tinggi dan ukuran massa tumor sudah cukup besar, menekan batang otak
serta pusat saraf otak (talamus). Jika tidak dioperasi tingkat kekambuhan
kanker kelenjar pineal jenis high-grade glioma (HGG) sangat tinggi. Tanpa
diangkat melalui pembedahan, sel-sel kanker jenis ini akan terus tumbuh dan
menyebar ke jaringan otak sekitarnya. Bahkan setelah operasi ditambah perawatan
seperti radiasi atau kemoterapi sekalipun tumor ganas seperti HGG memiliki
kecenderungan tinggi untuk kambuh. Kekambuhan tipe ini cenderung lebih cepat dan
lebih agresif tanpa operasi, sehingga memerlukan pemantauan ketat dan perawatan
medis yang terpadu.
Pilihan tindakan medis yang memungkinkan bagi Rafi saat itu hanya
radiasi dengan resiko kekambuhan dan terus berkembang lebih cepat dan lebih
agresif tinggi, karean operasi tak memungkinkan. Karenanya orangtua Rafi
kemudian berupaya untuk mencari alternatif lain dengan ECCT bersamaan dengan
radiasi. ECCT menjadi penting untuk proteksi jangka panjang terutama untuk
kasus yang mudah tumbuh kembali dan menyebar.
Rafi mendapatkan alat ECCT berupa helmet penutup kepala dan
memakainya mulai akhir September 2013. Ia memakainya bersamaan dengan proses
radiasi sebanyak 30X selama kurang lebih sebulan di rumah sakit. Sebelum
radiasi ia melakukan operasi untuk pemasangan VP shunt guna mengalirkan cairan
otak yang terbendung. Reaksi setelah pemakaian alat cukup cepat. Pembuangan
berupa keringat, buang air besar dan angin yang sangat bau serta buang air
kecil yang sangat berlebihan. Seiringan dengan reaksi pembuangan yang
menyengat, keluhan klinisnya berkurang, sakit kepalanya berkurang, gangguan
pada motorik dan penglihatan membaik. Sebulan setelah pemakaian ECCT ia sudah
bisa datang ke C-Care bersama kedua orangtuanya.
Meskipun secara prognosis standar terapi medis buruk, tipe
high-grade glioma pada posisi di pineal adalah termasuk kasus kanker otak yang
mempunyai tingkat efektifitas tinggi menggunakan ECCT. Beberapa hal yang menguntungkan
antara lain: Jenis sel dengan tingkat keganasan tinggi mudah mengalami
peluruhan dengan paparan medan listrik yang dihasilkan oleh ECCT, untuk tipe
high-grade umumnya bisa meluruh dalam waktu 2-3 minggu; Posisi pada pineal tersambung
langsung dengan ventrikal keempat, sehingga sel-sel mati yang meluruh bisa
mengalir dan dan terbuang bersama dengan aliran cairan otak dengan mudah; Karakter
luruhan tipe high-grade mengadung lemak yang relatif rendah sehingga proses
aliran menjadi lebih lancar. Kasus ini umumnya massa tumor meluruh dan hampir
hilang dalam 1-3 bulan pemakaian ECCT.
Hasil MRI otak Rafi setelah pemakaian 6 bulan menunjukkan
massa tumor yang awalnya berukuran 3 cm menyusut dan sudah tidak signifikan. Kecenderungannya
masih ada sisa jaringan parut tetapi tidak signifikan. Hal seperti ini umumnya
terjadi untuk massa tumor yang telah meluruh dengan ECCT.
Rafi masih terus memakai alat ECCT sampai beberapa tahun
untuk preventif, guna mencegah kekambuhan kembali dan terjadi penyebaran.
Kondisi umumnya relatif sudah normal. Pertumbuhannya relatif juga normal.
Setelah sempat stop sekolah beberapa bulan selama terapi ia mulai masuk sekolah
lagi untuk menyelesaikan SD, melanjutkan ke SMP dan SMA. Saat ini usia Rafi
sudah 22 tahun, sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di ITS. Semoga
tetap sehat buat Rafi, bisa menyelesaikan kuliah dengan baik, terus sukses
dalam karir dan hidupnya (WS).

Comments
Post a Comment